BANDUNG (bisnis-jabar.com): Gejolak harga daging sapi diproyeksikan tidak akan terjadi di Jawa Barat menyusul mendekatnya Ramadan dan Idulfitri.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Diperindag) Jabar Ferry Sofwan mengemukakan berdasarkan data yang dia peroleh dari Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Jabar, stok sapi pedaging untuk kawasan ini masih akan mencukupi hingga satu bulan setelah Idulfitri.
Dia mengemukakan harga daging sapi di Jabar sekarang ini relatif stabil meskipun ada sedikit kenaikan sejak tiga pekan terakhir setelah beredar kabar penyetopan sapi bakalan impor dari Australia ke Indonesia.
Akan tetapi, kata dia, kenaikan harga daging sapi itu masih di bawah 5% atau masih dalam kondisi normal.
“Kenaikannya antara Rp1.000—Rp2.000 per kg setelah berita penyetopan sapi [bakalan] dari Australia,” katanya hari ini.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Diperindag) Jabar Ferry Sofwan mengemukakan berdasarkan data yang dia peroleh dari Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Jabar, stok sapi pedaging untuk kawasan ini masih akan mencukupi hingga satu bulan setelah Idulfitri.
Dia mengemukakan harga daging sapi di Jabar sekarang ini relatif stabil meskipun ada sedikit kenaikan sejak tiga pekan terakhir setelah beredar kabar penyetopan sapi bakalan impor dari Australia ke Indonesia.
Akan tetapi, kata dia, kenaikan harga daging sapi itu masih di bawah 5% atau masih dalam kondisi normal.
“Kenaikannya antara Rp1.000—Rp2.000 per kg setelah berita penyetopan sapi [bakalan] dari Australia,” katanya hari ini.
Dia mengemukakan sebulan setelah Idulfitri itu pun kebutuhan akan daging sapi Jabar masih akan tetap terpenuhi sebab Kementerian Pertanian dinilai akan mampu mengatasi persoalan sapi bakalan impor asal Australia tersebut.
Menurut dia, pemerintah berpeluang mendapatkan pasokan sapi bakalan impor dari Amerika Serikat dan Meksiko.
“Pemerintah memang sedang mengupayakan impor dari negara-negara lain. Yang jelas, sapi-sapi impor itu harus memenuhi ketentuan bebas dari penyakit kuku dan mulut,” katanya.
Dia mengatakan ketergantuan Indonesia akan pasokan sapi bakalan Australia akan dapat ditekan dengan rencana penerapan perdagangan bebas Asean-Australia-Selandia Baru (ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement/AANZ-FTA).
Dengan cara itu, kata dia, peluang perdagangan pada sektor peternakan sapi akan terbuka luas.
“Perdagangan bebas itu akan mulai berjalan pada Oktober tahun ini,” katanya.
Pada saat bersamaan, Ferry menuturkan harga beras di pasaran juga cenderung naik, namun masih cukup normal.
Penaikan harga beras itu, kata dia, akibat masa panen raya yang sudah berakhir pada Mei lalu.
‘Akan tetapi, mudah-mudahan panen mendatang akan kembali melimpah,” katanya.
Dia mengemukakan berdasarkan informasi yang dia dapat, beberapa kawasan sudah mulai melakukan penanaman sejak Mei-Juni. ‘Sehingga pada Juli mudah-mudahan sudah ada panen lagi,” katanya.
Di sisi lain, dia mengatakan stok beras operasi pasar siap disalurkan jika terjadi gejolak harga beras menjelang Ramadan dan Idulfitri.
Sumber :http://bisnis-jabar.com.20 juni 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar